Presiden AS Barack Obama seolah menjilat ludahnya sendiri tentang janji perubahan yang ditawarkannya pada dunia Islam yaitu membuka jalan baru hubungan atas dasar saling menghormati dan menguntungkan, karena sikap Obama terhadap Iran ternyata tidak berubah.
Obama dalam pernyataan yang dimuat di situs Gedung Putih hari Rabu kemarin menegaskan akan menangani persoalan dengan Iran secara "langsung dan keras tanpa prasyarat." Obama menegaskan bahwa ia akan menggunakan kekuatan diplomasi AS dalam menangani apa yang disebutnya program nuklir Iran yang terlarang, dukungan terhadap terorisme dan ancaman terhadap Israel.
"Mencari penyelesaian yang menyeluruh dengan Iran merupakan cara terbaik kami untuk menciptakan kemajuan," demikian pernyataan tersebut. Disebutkan pula dalam pernyataan itu, bahwa AS akan menawarkan insentif pada Iran misalnya keanggotaan Iran di Organisasi Perdagangan Dunia, bidang investasi ekonomi dan pemulihan hubungan diplomatik, asalkan Iran menghentikan program nuklirnya.
Pemerintahan Obama mengancam, jika Iran tetap melanjutkan sikapnya yang oleh AS disebut sebagai sikap "yang menimbulkan masalah" maka AS akan mengambil langkah isolasi yang ketat terhadap Iran baik dari sisi ekonomi maupun politik. Pernyataan pemerintahan Obama itu, jelas tidak menunjukkan sikap Obama yang ingin membuka hubungan baru yang saling menguntungkan dan saling menghormati dengan dunia Islam. Karena Obama tidak menghormati keinginan Iran untuk mengembangkan program nuklirnya sendiri.
Di sisi lain, berbeda dengan media massa kebanyakan negara dunia, media massa Iran tidak menempatkan upacara pelantikan Bush di halaman depan. Media massa Iran lebih menempatkan berita aksi dukungan pada rakyat Palestina sebagai berita utama.
Surat kabar Kayhan memuat karton yang menggambarkan presiden George W. Bush menyerahkan bendera Israel pada presiden baru AS dengan keterangan dibawahnya tertulis " Obama Pengagum Berat Zionis".
Surat kabar Hamshahri membuat kepala berita yang lebih keras lagi, "Perubahan Advokasi, Siapa Yang Berubah". Kepala berita itu menyindir Obama yang dinilai cuma "mengubah intonasinya" untuk menunjukkan dukungannya pada kebijakan perang pemerintahan AS sebelumnya.
Sejumlah mahasiswa Universitas Tehran yang justeru merayakan kemenangan Hamas juga melontarkan kritik pedas terhadap Obama. "Mereka (AS) berhenti mengancam kami, tapi mereka makin menguatkan sanksi ekonominya pada kami dan tetap bersikap tidak adil pada kami," tandas Abdullah Bani Hassani, seorang mahasiswa filsafat.
http://www.eramuslim.com/berita/dunia/kebohongan-pertama-obama-pada-dunia-islam.htm
No comments:
Post a Comment